Sabtu, 18 Juli 2015

Kesaksian

Ketika secarik kertas yang dibubuhi tanda tangan seorang penguasa telah mampu menghentikan kerja kolektif sekelompok anak muda yang kreatif, maka buku kumpulan Opini Plesetan (OPLëS) ini, menjadi penting dan menarik untuk dibaca.

Ketika tindak terhadap Tempo, DëTIK, Editor berhasil menggiring media massa kita ke ruang yang gagap menangkap realita kehidupan dan gugup menyuarakan kebenaran nuraninya, maka buku ini menjadi lebih penting dan lebih menarik untuk dibaca.

Ketika kegagapan dan kegugupan media massa kita telah menjauhkan masyarakat dari realita keseharian dan hak informasinya, maka buku ini menjadi bertambah penting dan semakin menarik untuk dibaca.

Ketika kebenaran dan keadilan menjadi tuntunan yang dirindukan kehadirannya, maka buku ini menjadi benar-benar penting untuk dibaca, dicerna dan direnungkan.

Tetapi ketika buku ini dibaca, melulu hanya karena Cak Nun yang menulisnya, maka buku ini justru menjadi tidak menarik dan tidak penting untuk dibaca.

Karena saya yakin saat menulis OPLëS bagi pembaca DëTIK, Cak Nun justru mencoba memuliakan sidang pembaca, yang disadari sebagai pemegang kedaulatan (rakyat) di negeri ini, agar "tetap berpikir merdeka".

Ini hanyalah kesaksian dari seorang kawan.

Selamat membaca

Eros Djarot

Tidak ada komentar:

Posting Komentar